Kenangan di Bawah Pohon Mangga
By Seira Nabila
Adegan 1: Taman Sekolah - Siang Hari
(Suara anak-anak bermain, tawa riang terdengar di seluruh
taman. Di bawah pohon mangga yang rindang, Dika, seorang anak laki-laki berusia
10 tahun, sedang asyik menggambar di buku sketsanya. Di sebelahnya, Maya, gadis
kecil yang selalu ceria, duduk sambil menggigit sepotong mangga.)
Maya: (tersenyum) Dika, kamu sedang gambar apa?
Dika: (sambil terus menggambar) Aku sedang menggambar
pesawat terbang. Aku mau jadi pilot nanti. Bisa terbang tinggi dan melihat
dunia dari atas.
Maya: (matanya berbinar) Wah, seru banget! Aku juga mau ikut
terbang kalau kamu sudah jadi pilot nanti!
Dika: (tertawa) Tentu, nanti aku akan ajak kamu terbang
keliling dunia!
Maya: (menatap langit) Tapi aku mau jadi penulis, Dika. Aku
ingin menulis cerita tentang petualangan kita berdua. Kalau kita dewasa nanti,
aku akan menulis buku tentang kamu yang jadi pilot dan aku yang keliling dunia
bersamamu.
Dika: (menghentikan gambar, menatap Maya) Tapi, kalau kamu
jadi penulis, kamu harus tinggal di satu tempat. Bagaimana kalau kamu harus
ikut aku terbang ke mana-mana?
Maya: (tertawa kecil) Aku akan menulis di mana saja, Dika.
Di bandara, di pesawat, di hotel… Aku bisa menulis di mana saja asal kita
bersama.
Dika: (tersenyum ragu) Aku takut kalau kita dewasa nanti,
kita jadi sibuk sama mimpi kita sendiri. Gimana kalau kita nggak bisa selalu
bareng?
Maya: (mengambil tangan Dika) Mimpi kita mungkin beda, tapi
aku yakin kita akan selalu temukan cara untuk tetap bersama. Kita bisa wujudkan
mimpi kita sambil tetap saling mendukung.
Adegan 2: Taman Sekolah - Sore Hari
(Beberapa tahun kemudian. Pohon mangga tetap berdiri kokoh,
tapi kini Dika dan Maya sudah remaja. Dika duduk di bangku kayu, seragam
sekolahnya terlihat rapi. Di tangannya ada surat penerimaan beasiswa sekolah
penerbangan. Maya duduk di sampingnya, memegang naskah novel yang baru saja
selesai ditulisnya.)
Dika: (menatap surat di tangannya) Aku dapat beasiswa, Maya.
Aku akan sekolah di luar negeri.
Maya: (tersenyum, meskipun ada kesedihan di matanya)
Selamat, Dika. Ini yang selalu kamu impikan.
Dika: Tapi, itu berarti aku harus pergi jauh… mungkin lama
sekali. Apa kita masih bisa terus bareng, Maya?
Maya: (mengambil tangan Dika, seperti dulu) Kita punya mimpi
yang besar, Dika. Kadang, untuk mewujudkan mimpi, kita harus berani berpisah
sementara. Tapi, aku percaya kita akan selalu menemukan jalan kembali, entah
lewat cerita yang kutulis, atau saat kamu pulang dengan pesawatmu.
Dika: (mengangguk perlahan) Kamu benar, Maya. Kita akan
selalu punya pohon mangga ini sebagai kenangan kita.
Maya: Dan suatu hari nanti, kita akan duduk di sini lagi,
membawa semua cerita dari mimpi kita yang berbeda.
(Mereka saling tersenyum, menggenggam tangan erat di bawah
pohon mangga, memandang ke arah matahari yang mulai tenggelam).
adengan 3: taman sekolah - Sore hari
Setelah beberapa tahun kemudian. Pohon mangga tetap berdiri
kokoh, tetapi kini Dika menjadi seorang pilot & Maya menjadi seorang
jurnalis.
Dika: "( menatap Maya dengan penuh perasaan bahagia)
akhirnya kita bisa bertemu kembali di bawah pohon mangga yang penuh kenangan
ini."
Maya: "( kembali menatap Dika dengan penuh bahagia)
iyaa Dika aku sangat senang kita bisa bertemu kembali.
Dika: "(mengajak maya bersalaman) selamat kamu sudah
menjadi seorang jurnalis yang sangat baik."
Maya:"(menyambut ajakan salaman dari Dika) terimakasih
banyak sudah mendukung & mendoakan sampai saya menjadi seorang jurnalis,
selamat juga kamu sudah menjadi seorang pilot yang bijaksana."
Dika:"(menatap Maya) terimakasih kembali atas doa &
dukungannya sampai sekarang.
Maya:(tersenyum bahagia)
Naskah ini mengisahkan tentang dua sahabat masa kecil yang memiliki mimpi berbeda, namun bertekad untuk tetap menjaga persahabatan mereka meski harus berpisah demi mengejar impian masing-masing.
Comments
Post a Comment