Detak Jantung
By Anne Bela Firzinia Nurwanda
Bab 1: Pertemuan Pertama
David melangkah masuk ke kelas dengan tergesa-gesa, berusaha menghindari
terlambat. Kelas baru yang dia masuki mulai ramai, dan dia menyadari ada gadis baru di
sana. Di dekat jendela, gadis itu duduk dengan rambut hitam panjang yang tergerai
lembut di atas pundaknya, tenggelam dalam buku yang dibacanya. David merasa ada
yang berbeda dan menarik tentangnya.
Dia memutuskan untuk duduk di bangku belakang, tepat di belakang gadis itu. David
membuka tas dan mengeluarkan buku catatan sambil sesekali mencuri pandang ke
arah gadis yang ternyata bernama Luna, seperti yang tertulis di nametag di mejanya.
Ketika Luna menoleh dan mata mereka bertemu, David merasakan jantungnya
berdebar lebih cepat dari biasanya. Luna tersenyum lembut dan berkata, “Hai, kamu
David, kan?”
David sedikit terkejut, tetapi dengan cepat membalas senyuman itu. “Iya, aku David.
Kamu siapa?”
“Luna,” jawabnya, dengan senyuman ramah. “Aku baru di sini.”
“Senang bertemu denganmu, Luna,” kata David, merasa sedikit gugup namun senang.
“Kalau butuh bantuan, jangan ragu untuk tanya.”
Luna mengangguk. “Terima kasih, David. Aku pasti akan mengingat tawaranmu.”
Matahari pagi masuk melalui jendela, membanjiri ruangan dengan cahaya lembut.
David merasa suasana di sekelilingnya semakin hangat, seolah-olah ada sesuatu yang
spesial dalam pertemuan ini.
Bab 2: Awal Pertemuan
Hari-hari berlalu dan David serta Luna mulai saling mengenal lebih baik. Suatu hari di
kantin, David melihat Luna duduk sendirian di meja pojok. David, yang baru saja
mengambil makan siangnya, merasa ini adalah kesempatan yang bagus untuk lebih
dekat dengan Luna.
Dia mengambil napas dalam-dalam dan berjalan menuju meja Luna. “Hai, Luna. Boleh
aku duduk di sini?”
Luna mendongak dari makanannya, sedikit terkejut namun segera tersenyum. “Tentu
saja, David.”
David duduk di seberangnya, meletakkan nampannya di meja. “Bagaimana hari
pertama kamu? Sudah merasa nyaman di sini?”
Luna menyendok makanan dengan tenang, menjawab, “Masih harus menyesuaikan
diri. Semua terasa baru dan sedikit menakutkan.”
David tersenyum, berusaha membuat Luna merasa lebih baik. “Aku juga pernah merasa
seperti itu waktu pertama kali masuk sini. Tapi lama-lama, kamu pasti akan merasa
lebih nyaman. Kalau butuh bantuan, tanya saja.”
Luna menatap David dengan penuh rasa terima kasih. “Aku mungkin akan sering
mengganggumu nanti.”
David tertawa kecil. “Nggak apa-apa. Aku senang bisa bantu.”
Percakapan mereka berlanjut dengan topik ringan, dari hobi hingga mata pelajaran
favorit. David merasa nyaman berbicara dengan Luna, dan Luna tampak semakin ceria.
Ketika bel istirahat berbunyi, Luna berkata, “Terima kasih sudah menemani aku. Hari ini
terasa lebih baik.”
David tersenyum, merasakan hangatnya perasaan itu. “Sama-sama, Luna. Aku juga
senang bisa ngobrol sama kamu.”
Bab 3: Menghabiskan Waktu Bersama
Beberapa minggu kemudian, David dan Luna semakin sering menghabiskan waktu
bersama. Suatu sore, mereka duduk di taman sekolah setelah jam pelajaran. Cuaca
cerah dan matahari bersinar lembut, menciptakan suasana yang tenang.
David duduk di samping Luna di bangku taman, menikmati keheningan sejenak.
“Senang bisa rileks seperti ini,” katanya.
Luna memandang sekeliling dengan penuh rasa syukur. “Ya, suasananya sangat
menyenangkan. Aku suka waktu-waktu seperti ini.”
David merasakan kedekatan yang semakin kuat di antara mereka. “Aku juga senang bisa
menghabiskan waktu bersama kamu, Luna. Kamu bikin semuanya terasa lebih berarti.”
Luna menatap David dengan mata lembut. “Aku merasa begitu juga. Terima kasih sudah
membuat hari-hariku lebih ceria.”
David merasa hangat di dalam hati. “Kamu juga membuatku merasa seperti itu.”
Mereka berbicara tentang masa depan dan mimpi-mimpi mereka, dan David merasa
bahwa hubungan mereka semakin mendalam.
Bab 4: Pertemuan di Perpustakaan
Di perpustakaan sekolah, David dan Luna bertemu lagi. Mereka berdiskusi tentang
tugas sambil mencari buku yang diperlukan. Suasana di perpustakaan tenang, dan
David merasa nyaman berada di dekat Luna.
David berdiri di samping Luna, membantu mencarikan referensi. “Kamu tahu, Luna, aku
benar-benar senang bisa belajar bareng kamu. Ini membuat tugas terasa lebih mudah.”
Luna menatap David dengan senyuman. “Aku juga merasa begitu. Kamu sangat
membantu dan membuat segalanya jadi lebih menyenangkan.”
David merasa hatinya berdebar saat melihat senyuman Luna. “Aku senang bisa
membantu. Rasanya lebih baik saat bisa berbagi waktu ini denganmu.”
Luna merasakan kehangatan di dalam hatinya. “Terima kasih, David. Aku juga senang
bisa menghabiskan waktu bersama.”
Mereka melanjutkan tugas mereka dengan semangat baru, merasa semakin dekat satu
sama lain.
Bab 5: Ajak Jalan-Jalan
Suatu hari setelah sekolah, David mengajak Luna ke kafe favoritnya. Mereka duduk di
luar, menikmati minuman dan berbicara tentang masa depan.
David menatap Luna dengan penuh perhatian. “Aku senang bisa mengajak kamu ke sini.
Rasanya lebih spesial saat bisa berbagi tempat ini denganmu.”
Luna merasakan kehangatan di dalam hatinya. “Aku juga senang. Semua terasa lebih
berarti ketika kita bersama.”
David meraih tangan Luna dengan lembut. “Aku merasa begitu juga. Kamu membuat
semuanya terasa lebih cerah.”
Luna memandang David dengan tatapan lembut. “Terima kasih, David. Aku merasa kita
semakin dekat.”
Mereka menikmati kebersamaan itu, merasakan perasaan yang tumbuh di antara
mereka. David dan Luna merasa bahwa perjalanan mereka baru saja dimulai, dan
mereka tak sabar untuk melihat ke mana arah hubungan mereka akan berkembang.
By
Anne Nurwanda
XII MIPA 2
Seni Budaya
Comments
Post a Comment