EGO Kita

By Eliyani 

author: cherlyn a.n

 

blurb

 

Alina Maharani menjalin hubungan yg bisa disebut LDR selama 2 tahun bersama Heru Fernanda namun berakhir kandas karena Heru selingkuh dengan teman dekat Alina.

 

Beberapa bulan setelah putus, Alina dan Heru kembali bersama untuk berubah menjadi versi terbaik.

 

Namun Heru yang masih suka sekali menghabiskan waktu bersama teman - teman tongkrongannya sering kali membuat Alina merasa kesepian dan merasa Heru tidak ada waktu untuknya.

 

Kesalah pahaman selalu muncul diantara keduanya, saling mempertahankan Ego masing masing membuat Alina muak sendiri.

 

Akankah hubungan Heru dan Alina akan kembali kandas atau tetap bertahan?.

 

 

 

 

 

 

"LDR tapi ga LDR maksudnya apa ya? Ya hubungan Alina sama Heru lah"

 

 

 

••••••••

 

Seorang gadis dengan rambut cepol dan memakai sweatter berwarna pink menatap seorang cowok berstatus pacarnya dengan datar.

"Gue capek gue juga pengen di ngertiin".

"Lin, aku selalu sabar loh kalau kamu tiba-tiba cuek sama aku, padahal aku gak tahu salahku apa". Ucap cowok tersebut dengan nada sedikit sabar.

"Aku kurang ngertiin apalagi sih, kamu ga tau  rasanya dicuekin tapi gak tau salahnya di mana.  Aku juga punya masalah sendiri Alina".  Lanjutnya

"Gue cuek juga ada alasannya, Heru" balas gadis bernama Alina itu sedikit menekan kata-katanya.

"Alasan apa?.  Bahkan disaat aku nanya salahnya dimana kamu malah bilang gak papa terus,  aku gak ngerti sama kamu". Heru mengusap wajahnya ia terlihat frustasi menghadapi sikap Alina yang sering berubah-ubah, jujur ia dibuat bingung serba salah.

"Cih ga usah pura pura ga tau, aku tahu kamu nyembunyiin sesuatu dari aku". Sarkas Alina semakin menatap tajam lawan bicaranya

"Nyembunyiin apa sih? Aku nggak nyembunyiin apapun.  Sebenarnya kamu kenapa sih" Timpal Heru dengan nada sedikit tinggi.

" Selingkuh, kamu selingkuh, Ru".  Alina berucap pelan namun menusuk mendengar itu sontak raut wajah heru langsung berubah

Heru menghela napas kasar, ia berdesis

"Maksud kamu apa?"

Alina memicingkan matanya menatap heru dengan pandangan remeh.

" Punya otak kan?"

" Aku nggak selingkuh".  Heru menggeleng dengan tatapan seolah meyakinkan namun di mata Alina semuanya  kebohongan.

"Kamu gak bisa bohong, Ru. Mau liat buktinya?"

 Alina membuka ponselnya dan menunjukkan sebuah foto Heru bergandengan tangan dengan seorang gadis yang sangat Alina  kenali.

"Kamu bilang izin mau main sama temen, ternyata sama cewek ya? sambil gandengan gitu"  Sindir Alina dengan tajam

"Mana ceweknya temen aku sendiri lagi" Lanjut Alina terkekeh sinis.

" Kamu dapat foto itu dari siapa?". tanya Heru dengan nada santai.

"Gak penting gue dapet dari mana, yang jelas lo selingkuh HERU FERNANDA "Alina menekan perkataannya di akhir.

"Iya aku selingkuh.  Kenapa emang? udah jelaskan? " Heru terkekeh kecil membalas alina dengan tatapan tajam

" Aku capek sama kamu yang tiba-tiba cuek tanpa alasan. Aku paling gak suka kalau kamu dikit-dikit nggak mood terus cuekin aku.  Aku juga punya rasa capek, Alina " Lanjutnya dengan rasa frustasi

"Harusnya kamu bilang dari awal aku bisa ngerti, ngomong aja ngga. Ketemu susah jarak kita cuma 30 menit, Heru."Cerca Alina dengan nada semakin frustasi.

"Aku cuma minta waktu kamu ga lebih kenapa sampe selingkuh" Lanjutnya dengan lirih. 

" Ya terus mau apa mau gimana hah?" Tanya Heru mencoba sabar kembali.

"Terserah gue capek" Alina berucap ketus kepada cowo itu.

Heru menghela napasnya menatap serius gadis di depannya "Ya uda kita putus aja"

Alina mendongak dengan tatapan sedikit tidak percaya. "Kok lo gitu ngomongnya"

"Kamu mau udahan kan? Ya udah kita putus". Heru berucap  berlalu meninggalkan Alina yang menganga di tempat. Bukan, bukan ini yang ia  inginkan. Bahkan kata putus tidak terpikirkan di kepalanya.

"Oke" Alina berucap lirih sambil menatap punggung Heru yang perlahan mulai menjauh.

"Tapi... Bukan ini yang gue mau, Heru. Gue cuma pengen lo jujur sama gue. Sesusah itu ya buat jujur sama gue sampe lo selingkuh segala, gue kurang apa??"

"LDR cuma 30menit tapi berat ya.  Apa lagi ratusan kilo meter,  mungkin uda gila buat mantepin rasa percaya"  Gadis itu terkekeh miris.

Air mata Alina terus membasahi pipinya. Rasa sesak menyeruak didadanya. Sungguh ini pertama kalinya ia patah hati yg pertama kali.

 

 

 

 ☆☆☆☆☆

 

 

6 bulan kemudian

 

Disebuah Cafe California seorang gadis duduk berhadapan dengan cowo hitam manis terlihat serius membicarakan sesuatu. Heru Fernanda menatap penuh harap ke arah Alina sambil mengenggam tangan gadis itu.

"Aku janji bakalan berubah, Alina. Please balikan sama aku ya?"

Alina menatap Heru seolah tak yakin jika cowo di hadapannya itu benar benar ingin berubah.

"Bukannya aku ga mau. Kalau pun iya kita balikan tapi ujungnya tetap sama buat apa?"

"Kamu ga percaya sama aku? Kita coba dulu , aku beneran ga bakal selingkuh, aku bakal berubah Alina" Ucap Heru terus meyakinkan.

"Kita mulai dari awal lagi ya?" Lanjut Heru dengan tatapan penuh harap agar Alina mau menerimanya kembali.

Dengan helaan napas, Alina akhirnya mengangguk mengiyakan.

"Oke. Aku harap kamu beneran berubah,Ru". Jawab Alina.

Mendengar itu raut Heru berubah sumringah

"Makasih, Alin. Kita mulai hubungan baru yang lebih baik lagi" Ujar Heru dengan nada senang.

"Aku bakal buktiin kalau aku beneran berubah Alina" Lanjutnya. Heru mencium tangan gadis yg berada di genggamannya sambil tersenyum manis.

"Sama - sama . Aku harap begitu". Balas Alina dengan senyuman tipis. Jujur di dalam hatinya ia masih ragu bahkan sangat ragu dengan mengiyakan ajakan itu tapi apa salahnya mencobanya lagi?.

"Iya aku janji sama kamu" Ucap Heru serius

Alina hanya mengangguk sebagai respon

"Uda jam 10 malam, pulang yu". Ajak Heru yg di setujui Alina, karena memang benar jam sudah menunjukan jam 10.25. Keduanya bangkit berjalan keluar Cafe Alina diantar pulang oleh Heru.

 

Sesampainya di rumah Alina, Heru melepaskan helm yang berada di kepala Alina.

" Terimakasih "  Ucap Alina .

"Sama sama cantik, aku pulang dulu" Heru mengacak lembut rambut gadis itu, keduanya melontarkan senyuman .Heru kembali menaiki motornya dan langsung melesat pergi.

Pagi harinya Alina berangkat sekolah seperti biasa dengan ceria. Gadis itu berada dekat pojok baca di dalam kelas bersama teman temannya berbincang dengan heboh.

"Alin lo beneran balikan sama Heru?" Tanya seorang gadis berbandana merah bernama Nara.

"iya hehe" Ucap Alina dengan cengiran agak kaku.

"ALINA LO GILA YA?!" Pekik Shelin tidak percaya.

"Woy serius anjir?!" Rhea ikut menganga tidak percaya.

"i-ya gue serius, ngapain gue boong" Jawab Alina dengan serius.

"WAHHH GA BENER INII"  Shelin dan Rhea berseru bertepuk tangan sambil menggelengkan kepalanya.

"Sorry, gue bingung jadi yaudaa" Ucap Alina dengan sedikit lesu.

"Gue nyoba buat balikan lagi siapa tau endingnya beda" Lanjutnya.

"Tapi awas aja kalo tu cowo tetep nyakitin lo, kita ga segan tonjok tu orang" Tegas Shelin memperagakan tinjuannya yang ditanggapi  Rhea dengan kekehan. Menurutnya itu sangat lucu jika di bayangkan,karena  badan Shelin yang kurus kerempeng.

"Gue yakin endingnya sama" Nara tersenyum smrik menepuk bahu Aluna yang berdiri di hadapannya dan berlalu pergi menduduki bangkunya.

"Kali ini aku sependapat sama Nara, Lin" Rhea  menyusul Nara  setelah mengucapkan itu.

Alina menatap gadis disampingnya dengan tatapan sayu.

"Shel, lo juga sependapat sama mereka kan?".

"Lo yang jalanin, lo juga yang ngerasain. Apapun kedepannya lo sama Dia, terserah takdir. Gue harap lo ga salah sama pilihan lo itu, yang penting lo bahagia Alina". Ucap Shelin .

"Gue harap begitu, dan  ini yang terakhir gue janji ." Tegas Alina yang di angguki Shelin, mereka kemudian berjalan menuju bangkunya karena bel sudah berbunyi 1 menit yang lalu.

 

☆☆☆☆☆☆

 

 

Sudah 10 bulan hubungan Alina dan Heru berjalan dengan penuh cekcok dan salah paham. Namun kadang Heru menjemput Alina pulang sekolah jika hubungan sedang baik baik saja.

Malam ini Alina berada di kamarnya dengan sebuah ponsel menempel di telinganya. Gadis itu sedang menelpon kekasihnya Heru. Ia sedikit menggerutu pasalnya Heru tak kunjung mengangkat telponnya.

"Ck, kemana sih.  Chat di read doang, kalo di tanya pasti jawabnya ketiduran."

"Alasan klise , dari dulu kaya gitu terus ga berubah berubah"  Lanjutnya gadis itu terus memggerutu kesal

Alina kembali mencoba menelpon kekasihnya itu, jujur ia sangat kesal sekali. Pasalnya dari dulu Heru jarang sekali ada waktu untuknya, ia sering main bersama teman temannya, entah nongkrong dimana dan pulang jika waktu subuh tiba. Tapi Alina sama sekali tidak bisa memprotes hal itu karena jelas itu tidak akan merubah apapun.

"Halo, kenapa sayang tumben telpon?" Suara di sebrang sana terdengar dibarengi dengan suara tawa, bising dan nyanyian para laki laki. Alina sedikit menjauhkan ponsel dari telinganya.

"Rame banget, lagi dimana?" Ucap Alina to the point.

"Aku lagi main sayang,  maaf ya pas sore aku ketiduran jadi chat nya cuma ke read. Padahal aku udah mau ngetik buat bales chat kamu itu"  Jelas Heru di telpon.

"Oh ya gapapa, lagian uda biasa kamu kaya gitu" Ucap Alina sedikit jutek, ia tau Heru pasti membohonginya.

 

Ru, minum lagi ayoo

Nambah botol ga ni broo??

Hayuu party kita anjayyy

deg

Jantung Alina berpacu cepat, gadis itu terdiam sesaat mendengar suara teman teman Heru yang ia tebak sedang minum minuman.

"Iya, aku mau lanjut dulu. Nanti aku kabarin lagi"  Setelah mengatakan itu Heru langsung mematikan telponnya. Hal itu membuat Alina menganga tak percaya.

"Sialan" Gadis mengerang membanting ponselnya. Lagi lagi Alina tidak bisa mengatakan apa apa, jujur Alina sangat membenci sikap dan kelakuan Heru yang seperti itu padahal sudah sering Alina peringatkan tapi tak pernah di dengar.

 

tingg

Alina langsung mengambil ponselnya mendengar  suara notifikasi tersebut yang ternyata notifikasi dari instagram.

[ rachel09_ mulai mengikuti anda ]

Gadis itu menyerngitkan dahinya tatkala membaca username tersebut pasalnya ia sama sekali tak mengenal orang itu. Alina menstalk ternyata satu pengikut bersama Heru kekasihnya, ia langsung mengikuti balik akun tersebut. Gadis itu mencari lebih dalam dengan bakat intelnya yang patut di acungi jempol.

Alina mendapat bukti dan informasi dari postingan yang ia lihat, username rachel09 itu mengikuti semua sosmed Heru bahkan akun instagram kekasihnya yang sudah tidak aktif. Alina sedikit curiga jika mereka ada sesuatu, gadis itu tersenyum miring merasa puas dengan bakatnya itu. Akan ia tanyakan nanti kepada Heru siapa itu.

Pagi harinya Alina sudah berada di sekolah, jam istirahat pertama gadis itu berada di kantin bersama teman - temannya.

"Pusing gue liat kantin rame bener kalo istirahat, untung udah dapet meja kalo ngga behhh mau duduk dimana coba". Keluh Shelin menatap area kantin yang di penuhi oleh siswa siswi yang membeli makanan.

"Iya mana di kelas panas lagi". Sambung Rhea yang di angguki Nara.

"Kira kira nanti kita lulus tahun depan bulan apa ya?". Shelin menatap teman temannya.

"Antara April sama Mei, ga kerasa banget 3 bulan lagi kita naik kelas 12". Jawab Nara

"Gamau cepet luluss nanti kangen". Rhea berekpresi sedih yang di ikuti kedua temannya terkecuali Alina.

"Lin, lo main hp mulu tu muka di tekuk terus. Marahan?". Tanya Nara yang tersadar Alina hanya diam bermain ponsel sedari tadi.

"Ngapa lagi dah, perasaan sering banget lo kaya gitu akhir akhir ini" Shelin ikut menimpali.

Alina semakin menekuk wajahnya terlihat sedang kesal dengan semuanya, mood nya benar benar turun karena pacarnya itu.

"Chat gue di read aja, padahal dia online . Nih liat aja". Ucap Alina menunjukan room chat bersama Heru dan di sana terlihat ada info jika Heru sedang online.

"Aku tebak pasti nanti alesannya ketiduran". Ucap Rhea yang di benarkan oleh teman temannya. Alina gadis itu hanya tersenyum masam.

Dan benar saja ponsel Alina bergetar di sana tercetak nama Heru yang menelpon Alina. Langsung saja gadis itu mengangkatnya, ketiga temannya menyuruhnya me loudspeaker panggilan tersebut agar bisa ikut mendengar.

"Sayang aku baru bangun, maaf ya aku ketiduran lagi hehe". Ucap Heru sembari meringis tak enak. Membuat teman teman Alina berdecih muak.

"Jadi ga sekolah?". Tanya Alina.

"Iya aku pulang tadi pagi jam 5, yang".

Mendengar itu teman teman Alina semakin melotot.

"Maaf ya ga sempet ngabarin, aku kira mainnya cuma sebentar".  Lanjut Heru di sebrang sana.

"Minta maaf aja terus, uda kaya lebaran aja". Sungut Rhea yang langsung mendapat tabokan dari Shelin dan Nara langsung membungkam mulut gadis itu takut jika keceplosan lagi.

"Semalam kamu mabuk kan minum minum sama temen temen kamu?". Tandas Alina yang langsung tepat sasaran.

"Eng-ngga, aku minum dikit doang kok ga banyak". Sanggah Heru dengan sedikit kaku.

"Ga usah boong" Tuduh Alina

"Serius Alina. Aku minum dikit aja kok". Ungkap Heru meyakinkan

"Yauda kalo gitu aku mau ke kalas uda masuk". Putus Alina yang terlanjur kesal, gadis itu langsung mematikan ponselnya dengan napas memburu.

Nara mengusap bahu Alina agar emosi gadis itu mereda, ia  mencoba berbicara pelan pelan agar Alina mengerti keadaannya.

"Lin, mau sampe kapan? Heru ga ada perubahan. Iya emang awalnya kalian ngerasa baik balikan tu aman aman aja, tapi makin ke sini uda jelas kan dia ga berubah. Dia kaya ga suka kalo lo main sama kita kita, padahal dia lebih sering main sama temen temennya terus ga ada waktu buat lo. Sedangkan lo? Lo main sama kita tapi masih bisa balas chat atau vidcall sama dia, tapi dia sebaliknya".

"Uda banyak yang lo pendam buat larang dia ini itu, tapi ga ke sampaian. Kata kata itu cuma mendam di hati lo, Ya dia emang ga selingkuh lagi, tapi dia ga ada waktu buat Lo. Ya emang ini urusan lo urusan hati lo, tapi lo temen kita. Kita ga terima kalo lo di giniin, punya pacar rasa ga punya pacar . Toxic banget hubungan lo". Nara menghela napasnya melihat Alina yang terdiam  kemudian melanjutkan ucapannya berharap Alina mengerti.

"Gue tau tipe lo bukan cowo yang kaya Heru, lo lebih suka cowo pinter, humoris, tengil, rajin bukan yang urakan, jamet kaya Heru".

"Yang deketin lo padahal uda sesuai sama tipe lo, tapi lo tolak semua, apa yang lo liat dari Heru Alina?"  Sambung Shelin membuat Alina semakin terdiam.

"Dia nyakitin lo berkali kali, bahkan lo ngemis ngemis rela turunin harga diri lo demi cinta? bukan lo banget, Lin". Lanjutnya .

Alina semakin menundukkan kepalanya, air matanya turun membasahi pipi bahu nya bergetar, Nara terus mengusap punggung gadis di sampingnya dengan lembut.

"Gue harap lo sadar, bukan kita ngatur kisah cinta lo. Tapi ini demi kebaikan lo dan hati lo Alina" Terang Nara terus mengusap punggung Alina yang menangis.

 

"Gue tau, tapi ijinin gue jalanin ini dulu sampai mati rasa. Kalo uda saatnya gue bakal lepas dengan tenang tanpa nangis nangis lagi, gue janji" Ucap Alina semakin terisak, jujur hatinya sangat sesak sekali, ia ingin marah kepada kekasihnya tapi untuk apa jika tidak didengar sama sekali?

Ia mengerti mengapa teman temannya sangat tidak merestui hubungannya dengan Heru. Karena faktanya benar kata mereka. Bisa di bilang hubungan Alina itu rumit, di sisi Alina bahwa Heru tak pernah ada waktu untuknya dan merasa Alina excited sendirian tapi di sisi Heru bahwa Alina lah yang cuek jarang perhatian.

"Thanks, kalian uda selalu ada buat gue". Lirih Alina ketiga temannya langsung menghambur memeluk gadis itu. Mereka menghargai keputusan Alina, setidaknya gadis itu mengerti kekhawatirannya.

 

☆☆☆☆☆☆

 

 

Malamnya Alina mencoba menanyakan kepada Heru tentang akun instagram yang mengikutinya kemarin.

 

heru ♡!

 

| mau tanya apa yang?

 

📸

[foto screenshot akun instagram rachel09_]

kamu kenal akun itu? |

 

| oh itu temen, kenapa emang?

 

dia ada something kan sama kamu |

aku rasa kamu sama dia ada sesuatu |

 

 

| beneran princess, dia sepupunya Ardan

| kalo ga percaya tanyain aja

 

 

 

 tu cewe gatel apa gimana |

 sampe sosmednya ngikutin kamu semua |

oh iya aku buka akun kamu, kamu ngelove storynya tu |

 

| kamu stalking?

 

emang kenapa? |

lagian ga aku bunuh ga aku santet |

 

| yauda terserah kamu

| aku ngomong bener kok dia sepupunya Ardan  temen aku

| aku ga ada apa apa sama dia sayang, udaa ya ga usah  stalking stalking lagi ga usa ovt .

 

👍🏻 |

 

 | kamu kenapa sih?

 

 Alina mendengkus membaca pesan tersebut, entahlah ia sudah tidak percaya lagi kepada omongan kekasihnya itu, semuanya terasa memuakan. Feeling gadis itu mengatakan jika Rachel ada sesuatu dengan Heru namun Heru tak mau mengaku, ia akan menguak lebih dalam lagi nanti jika feeling nya itu benar.

Dering ponsel terdengar ternyata Heru menelpon, Alina mengangkat panggilan tersebut dengan malas.

"Apa?" Ucap Alina ketika panggilan sudah tersambung

"Kamu kenapa sih, kenapa chat aku kamu read aja? marah yang tadi? aku kan uda jelasin . Yang kemarin juga aku uda minta maaf, jangan bikin aku bingung Alina". Heru mengatakan itu dengan nada frustasi.

Alina menghela napasnya sesaat mendengar runtunan kata kata yang Heru berikan.

" Gapapa lagi males aja".

"Plis jangan silent treatment, Lin. Kalo ada masalah tu cerita kalo marah ya marah jangan tiba tiba cuek gitu". Bentak Heru dengan nada tinggi membuat Alina tersentak seketika air mata membasahi pipinya. Gadis itu paling tidak suka di bentak.

"Aku ngomong pun percuma, Heru". Isak Alina mencoba menjelaskan.

"Kenapa?,  tinggal ngomong aja kan bisa". Timpal Heru nadanya sedikit merendah tersadar ia membentak Alina tadi.

"Aku uda beberapa kali bilang sama kamu buat berhenti minum minuman, bolos sekolah sama main malem sampe pagi baru pulang ga tidur. Kamu nyuruh aku cerita tapi kamu sendiri ga ada waktu buat aku kamu ga cerita tentang hari kamu gimana. Apa aku yang terlalu excited sendirian?". Ungkap Alina yang selama ini ia tahan akhirnya terucap.

"Ru, gue capek ngomong ini itu sama lo tapi ga pernah kamu denger, aku juga pengen di ngertiin". Lanjutnya dengan lirih.

"Aku minta maaf kalo kurang ngertiin kamu, tapi aku emang orangnya gini. Aku harap kamu ngerti". Pinta Heru menghela napasnya.

Alina tersenyum getir, tidakkah ada niat mau berubah, mana janjimu untuk berubah Heru?

"Oke aku ga bakal larang kamu ini itu, yauda bebas sekarang kamu mau gimana juga aku bakal diem aja. Terserah kamu sekarang, Ru. Aku ngantuk". Putus Alina langsung memencet tombol matikan panggilan.

Alina menangis tanpa bersuara, takut orang tuanya mendengar akan menjadi berabe. Gadis itu bertekad perhalan akan biasa biasa saja kepada Heru, setelah kejadian tadi perasaan Alina sedikit memudar. Entahlah ia lelah dengan Heru. Ia memutuskan untuk tidur.

Satu bulan setelah kejadian itu, Alina benar benar tidak mempermasalahkan apapun ia tidak pernah marah ataupun bercerita tentang harinya. Alina hanya menanyakan kabar Heru habis itu sudah tidak ada yang di ceritakan.

Heru yang merasa Alina benar benar berbeda memutuskan untuk mengajak Alina bertemu. Cowok itu berniat menjemput kekasihnya di sekolah nanti sore.

Alina yang sendirian sedang duduk di bangku teras depan kelasnya bermain ponsel, tiba tiba ada seorang cowok yang menghampiri duduk di samping nya. Gadis itu menyerngitkan dahinya pasalnya ia sama sekali tidak mengenal orang itu, ya memang sering kali melihatnya cowok itu anak kelas sebelah  namun  Alina tak tau namanya.

Cowok itu tersenyum cukup manis

"Hai, tumben sendiri temen temen lo kemana?". Sapa Cowok tersebut.

"Ada,  gue cuma pengen sendiri aja" Alina membalas dengan senyuman tipis.

Cowo itu menganggukan kepalanya mengerti.

" Eh berarti gue ganggu kesendirian lo dong?"

"Ngga. Kalo mau duduk, duduk aja gapapa" Ucap Alina santai.

Mendengar itu Cowok tersebut tersenyum senang. "Oke".

Keduanya terdiam, Alina kembali memainkan ponselnya asik menscroll sosmed sedangkan Cowok itu diam diam memperhatikan Alina kagum.

" Alina... Lo cantik imut " Katanya.

Alina mengangkat pandangannya dari ponsel menatap cowok itu dengan heran, sedangkan yang di tatap menampilkan senyuman manis.

" Iya, lo cantik kalo lagi tantrum. Kali ini gue pertama kali liat lo kalem duduk sendirian, tapi tetep gue suka kok".

"Lo suka perhatiin gue?"

"Woi Davin ayo katanya mau mabar, cepet sini jangan godain cewe ". Teriak  cowo di jendela kelas 11 ips 1 memanggil cowo di samping Alina.

 Sempat ingin menjawab cowok itu keburu di panggil oleh temannya.  Cowok di sampingnya mengisyaratkan kepada temannya itu untuk menunggu.

" Kita lanjut nanti cantik". Cowo itu bangkit berlalu menuju kelasnya menghampiri temannya yang memanggil tadi.

Alina hanya diam memperhatikan cowok tadi yang perlahan memasuki kelasnya, cowok itu sempat melemparkan tersenyum dan lambaian tangan.

"Davin? ips 1" Gumam Alina sembari berpikir, seingatnya ia pernah melihat cowo tadi bersama pacarnya. Ya Davin punya pacar anak kelas 10. Tapi tadi cowo itu sempat memujinya dan mendekatinya, apakah Alina salah sangka jika Davin punya pacar?

Alina menggelengkan kepalanya, mungkin cowo tadi hanya iseng saja.

15 menit lagi bel pulang berbunyi, namun anak anak sudah berada di luar kelas membawa tasnya masing masing seperti Alina dan teman temannya.

"Lo pulang sama siapa Lin?" Tanya Shelin kepada Alina

"Di jemput Heru"

"Widihh tumbenn" Seru Rhea dan Shelin bersamaan sembari bertepuk tangan heboh

"Lagi kerasukan setan kali dia " Alina terkekeh kecil sedangkan Nara hanya menggelengkan kepalanya.

Tak lama kemudian ada suara ribut dari kelas sebelah.

Tiga cowok saling merangkul yang di ketahui namanya Rayyan, Davin dan Theo menghampiri teman sekelas Alina dan bertanya.

" Weh weh ada yang namanya Alina ga?"  Ucap salah satu ketiga cowok itu  yang bernama Rayyan, Davin yang berada di tengah pasrah akan kelakuan kedua temannya.

" Alina ini ada yang nanyain" Teriak Killa kepada Alina yang berada tak jauh darinya.

Alina langsung menghampiri sumber tersebut di ikuti oleh ketiga temannya.  Gadis itu menatap ketiga cowo itu dengan tatapan tanya.

"Kenapa?". 

"Ini Davin suka sama lo katanya minta nomor WA nya". Ucap Theo menunjuk Davin dengan cekikikan. Sedangkan yang di tunjuk menatap Alina dengan senyum.

Mendengar ucapan Theo teman teman sekelas Alina langsung bersorak heboh .

"Cie ciee uhuyy Alina ada ngecrushinn"

"Pepet terus, Vin"

"Lucu ihh langsung jadian aja pliss"

Berbagai macam sorakan terus terlontar membuat Alina yang berada di suasana seperti itu merasa malu, pipinya bersemu merah. Bukan karena baper tapi ini baru pertama kali ada disituasi seperti ini

"Ihhh jangan godain guee pliss" Pipi Alina semakin memerah karena malu, gadis itu berlalu pergi meninggalkan sorakan sorakan dari teman temannya. Di susul oleh ketiga temannya.

" Wahh gila si lo di crushin Davin " Seru Shelin takjub, Davin adalah seorang cowo yang di kenal bodoamat sama cewe seketika menyukai Alina yang barbar itu adalah sebuah keajaiban .

Shelin melanjutkan ucapannya yang di angguki Nara.

"Gue setuju si kalo misalkan lo jadian sama dia"

"Aku pun" Rhea berseru antusias.

Alina menggelengkan kepalanya

" Iseng aja kali dia, setau gue dia punya pacar"

"Kalo punya, ga mungkin suka sama lo Alina" Ujar Nara.

"Lagian lo cocok sama dia" Sambung Shelin

"Tap-"

Belum sempat Alina memprotes ucapan Nara dan Shelin, gadis itu tersentak  meneguk ludahnya  dengan susah payah melihat Heru yang sudah stanby di depan. Serta ketiga temannya ikut terdiam kaku. Ia yakin Heru mendengar semuanya. 

Heru Tersenyum menatap Alina yang terdiam.

" Ayo pulang" Ajak Heru kepada Alina.

Alina mengangguk langsung menaiki motor Heru, gadis itu melambaikan tangan berpamitan kepada ketiga temannya ketika motor melaju.

Heru memberhentikan motornya di sebuah taman, Alina langsung turun dari motor. Heru membawa gadis itu duduk di sebuah bangku panjang yang terletak tak jauh dari motornya.  Keduanya terdiam dengan pikiran masing masing, jujur Alina tidak betah jika di situasi seperti ini.

Alina berdeham " Mau diem dieman aja?"

Heru menghela napasnya pelan " Kamu berubah"

"Apanya?" Tanya Alina.

"Semuanya, aku lebih suka kamu yang cerewet daripada kamu diem ga ngomong apa apa. Uda satu bulan lebih loh" Jelas Heru menatap gadis di sampingnya.

"Kamu sendiri yang nyuruh aku kaya gitu" Ketus Alina yang tak mau menatap Heru.

" Kamu salah tangkap. Maksud aku ga gitu , Alina" Ungkap Heru yang di balas tatapan tajam dari gadis di sampingnya.

"Terus apa? kamu mau aku yang cari topik terus excited sendirian yang ga pernah kamu tanggepin?" Alina berdecih sinis

"Aku pengen kamu sendiri yang cari topik pembicaraan, aku pengen kamu cerita cerita, ini mah aku mulu yang nyari topik duluan. Kesannya aku excited sendirian tau ga"

Alina menghembuskan napas kasarnya, tatapannya semakin menusuk gadis itu melanjutkan ucapannya.

" Aku juga ga pernah larang kamu ini itu tapi kamu larang aku buat ngelakuin hal yang  bahkan jarang aku lakuin padahal itu paling aku suka. Aku ngerasa ga adil,  Heru". Keluh gadis itu mengungkapkan isi hatinya.

"Maaf aku ga bisa cari topik, soal larangan itu buat kebaikan kamu juga". Jelas Heru yang semakin membuat Alina murka.

"Kebaikan apa yang kamu maksud Heru?" Hardik gadis itu matanya memerah

"Maaf, Aku takut kamu sama yang lain dan ninggalin aku. Aku emang banyak kurangnya, bahkan yang ngotot deketin kamu malah lebih perfect dari aku"  Ucap Heru merendah dan itu memang kenyataannya.

" Kalo emang aku kaya gitu, sekarang aku uda ninggalin kamu,Ru. Tapi ngga kan?" Tukas Alina membuat Heru terdiam membisu.

" Aku cuma minta waktu kamu aja loh, kita jarang ketemu padahal jarak rumah kita deket, tapi  kamu selaluu ada aja alasannya.  Kalopun kita ketemu pasti kaya gini ribut". Lanjutnya dengan nada lelah .

"Aku kan ga ada uang. Kamu ngerti lah kita masih sekolah". Ucap Heru mencoba agar Alina mengerti keadaannya.

Alina berdecak "Aku ga butuh uang kamu, soal uang aku ada,  pakai punya aku juga gapapa. Yang aku minta cuma waktu, Ru, waktu"

"Tapi itu susah aku dapetin dari kamu". Lanjutnya dengan lirih.

Heru mengusap wajahnya mencoba sabar agar tidak terbawa emosi.

"Ya masa cewe bayarin cowo, yang ada bikin malu aku aja"

"Terserahlah aku cape pengen pulang" Sungut Alina langsung meninggalkan Heru menuju tempat motornya berada. Heru menyusul Alina yang mencak mencak disana.

Sepanjang perjalanan, hening tidak ada pembicaraan apapun. Setelah sampai  di depan rumah, Alina langsung turun tak mengatakan apapun. Sempat bersitatap namun Alina memalingkan wajahnya berlalu memasuki rumah. Heru melihat itu hanya menghela napasnya lalu melajukan motornya untuk pulang.

"Sama Heru Al?" Tanya Mamanya Alina yang sedang menonton Tv di ruang keluarga.

"Sama orang gila" Ucap Alina semakin menekuk wajahnya berlalu memasuki kamar.

"Dasar anak itu".

Prita yang melihat wajah anaknya seperti itu hanya menggelengkan kepalanya heran.

 

☆☆☆☆☆

 

 

Sudah dua minggu Alina dan Heru minim komunikasi. Heru yang terlihat bodoamat dan Alina yang hanya membalas pesan iya iya saja tidak ada kata lain selain itu. Pasalnya kemarin Alina mencoba topik baru namun tak di tanggapi berakhir gadis itu menghapus pesannya tidak jadi mengirim.  Alina benar benar sudah pasrah apapun yang terjadi kedepannya, ia lelah akan hubungannya dengan Heru.

Di sekolah Alina semakin gencar di dekati oleh Davin seperti sekarang, cowok itu sudah berada di hadapannya tersenyum manis dengan dua buah susu kotak dan roti kesukaan Alina.

"Lo ngapain?" Tanya Alina dengan ekspresi malas pasalnya teman temannya di usir oleh kedua teman Davin agar bisa leluasa cowok itu mendekatinya.

"Memandang calon pacar"

Davin menyengir semakin memandang gadis itu dengan berseri seri.

Alina yang di tatap seperti itu menggaruk kepalanya heran. Kata orang Davin ini cuek tapi ini malah sebaliknya, Davin terlihat seperti cowok gila yang menyebalkan, ingin Alina mencakar muka cowok itu yang sialnya terlihat manis. 

"Eh ini ada susu sama roti kesukaan lo, di terima ya tuan putri". Davin menyodorkan makanan tersebut kehadapan Alina masih dengan senyuman manis.

"Lo tau darimana kalo itu kesukaan gue?" Alina menerimanya dengan baik, menurutnya lumayan makanan gratis.

"Ada dehh" Jawab Davin menggoda  yang hanya di tanggapi anggukan kecil dari Alina

" Oh iya lo punya pacar ga? mustahil si cewe seimut lo ga punya pacar, semoga lo jawab ga punya. Btw minta nomor wa lo dong pliss yayaya ".Tanya Davin dengan tatapan memohon.

Alina melihat ekspresi cowok di hadapannya terkekeh kecil.

"Jangan jangan lo ngasih ini biar gue ngasih nomor wa gue"

Davin hanya menyengir, Alina menggelengkan kepalanya kembali tekekeh. Gadis itu mengadahkan tangannya.

"Sini ponsel lo"

Davin berseru senang langsung memberikan ponselnya, langsung saja Alina mengetikkan nomor dan memberinya nama.

"Thanks, nanti gue chat tuan putri"

Alina tersenyum , gadis itu meminum susu pemberian dari Davin dengan nikmat.

"Oh iya soal pertanyaan gue belum lo jawab. Lo punya pacar?" Davin mentap serius gadis di hadapannya, cowok itu sangat berharap jika Alina tidak memiliki pacar.

"Ada" Ucap Alina yang membuat ekspresi Davin berubah menjadi datar seketika. Alina merasa tidak enak hati tapi karena faktanya memang benar jika ia memiliki pacar.

Davin cowok itu bangkit  meninggalkan Alina ia berseru."Kutunggu kabar putus mu sayang, kabari aku jika kau Jomblo".

Alina mendengar itu tersenyum keheranan. "Cowok aneh"

"Ciee abis pdkt sama Davin" Goda Nara yang baru datang bersama Shelin dan Rhea.

"Uuhh di kasih susu kesukaan euy, bagi dongg" Ejek Rhea memainkan alisnya semakin menggoda Alina.

Sedangkan Shelin sudah tertawa terbahak bahak melihat ekspresi Alina yang memerah .

"Apasih kalian so asik" Alina bangkit dengan pipi yang semakin memerah meninggalkan ketiga teman temannya yang semakin terbahak melihat kelakuan gadis itu, lucu sekali.

 

Malamnya Alina di kamar sedang membaca buku novel sambil memdengarkan musik, dan benar saja Davin terus mengiriminya pesan beruntun, ntah menanyakan sudah makan, ataupun hal random. Alina membalas sesekali, gadis itu menghela napasnya karena pesan nya tak kunjung di balas oleh Heru jadi ia menyibukan diri dengan membaca novel.

Dering ponsel  terdengar, tertera nama Heru. Alina langsung menangkatnya.

"Iya kenapa?"

"Belum tidur?"  Tanya Heru  membuat Alina berdecih, menurutnya itu sebuah pertanyaan yang konyol.

"Kalo aku uda tidur ga mungkin angkat telponnya" Ketus Alina.

Terdengar helaan napas di sebrang sana, Alina yakin Heru sedang mencoba sabar "Iya maaf "

"Alina, aku mau ngomong" Lanjut Heru mengutarakan tujuannya menelpon Alina.

"Kamu kan lagi ngomong, Ru" Alina memutar bola matanya malas, tapi perasaannya yakin Heru akan mengatakan hal serius terutama tentang hubungannya. Feeling gadis itu tertuju pada kata putus.

"Kita udahan aja gimana? daripada kita kaya gini terus yang ga pasti sama aku"  Saran Heru. Alina yang mendengar itu tersenyum sinis , tepat sekali.

" Apanya yang ga pasti?" Tanya Alina berpura pura tidak mengerti.

" Kan banyak yang deketin kamu yang lebih dari aku, aku cuma cowo jelek yang ga punya apa apa" Terang Heru menjelaskan isi hatinya selama ini

"Terus juga aku dengar kalo kamu lagi di deketin cowo anak kelas sebelah dan temen kamu lebih merestui kalo kalian jadian"  Lanjutnya

" Karena itu kamu minta putus?" Alina kembali bertanya apa alasannya.

" ngga juga si"

"Terus apa lagi?" Desak Alina semakin ingin tahu alasan Heru meminta putus dengannya.

"Ya gitu , aku insecure kalo kamu banyak yang deketin apalagi cowo cowo itu lebih dari aku. Kita putus kamu mudah dapet yang baru, beda sama aku yang ga ada apa apanya" Jelas Heru semakin  membuat Alina berdecih dalam hati.

"Kan belum tentu aku mau" Tukas Alina

"Emangnya kamu masih mau sama aku yang kaya gini?".

Mendengar itu Alina menggelengkan kepalanya, ia tak mau lagi berada dalam hubungan rumit seperti ini. Perasaannya kepada Heru perlahan memudar.

"Yauda kamu mau putus kan? Oke kita putus" Putus Alina akhirnya.

Iya, Lin. Aku harap kamu bisa dapet yang lebih dari aku" Ucap Heru yang langsung membuat Alina  berekspresi ingin muntah.

"Emang lo udah seperfect apa, Eh?" Alina melotot ketika tersadar akan ucapannya jika panggilan masih tersambung.

Hening, Heru terdiam Alina yakin cowok itu mendengar ucapannya tadi.

Heru berdeham  "Thanks 2 tahunnya ya".

"Ya" Alina langsung mematikan panggilan tersebut.

Gadis itu menghela napasnya mentap langit langit kamar dengan hampa. Jujur ia tak merasakan apa apa, air matanya tak keluar sedikitpun. Mati rasa itulah yang di rasakan Alina saat ini, sudah berkali kali gadis itu menangis karena Heru, kali ini tidak sama sekali. Ya Alina menepati janjinya untuk benar benar melepas Heru tanpa perasaan lagi.

Dan pada akhirnya semua berakhir sama, entahlah Alina tidak mengerti mengapa harus seperti ini.  Benar ucapan teman temannya jika membaca kembali buku yang sama maka alur cerita dan endingnya  tidak akan berubah.

Egois, itulah yang ada pada hubungan Alina dan Heru. Keduanya mementingkan perasaannya sendiri . Heru yang tak pernah mengerti perasaan Alina begitupun Alina tak pernah mengerti keadaan Heru .

2 tahun menjalin hubungan namun tak pernah tau isi hati masing masing, sama sama melewati badai yang tak pernah mereda pada akhirnya keduanya menyerah.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Comments

Popular posts from this blog

Best Friend

Dari Benci Jadi Cinta

Sompral