Kebohongan yang Menghancurkan

By RadityaAdriel Vellandi


Tokoh:


Andi: Seorang pemuda yang ambisius, tapi cenderung berbohong untuk mencapai tujuannya.

Beni: Sahabat Andi yang jujur dan selalu berusaha membantu Andi.

Citra: Pacar Andi, seorang wanita yang baik hati dan percaya pada Andi.

Dewi: Adik Beni, yang juga teman dekat Citra.

Sinopsis: Andi sering menggunakan kebohongan untuk mendapatkan apa yang dia inginkan, baik dalam pekerjaan maupun dalam hubungannya dengan Citra. Beni, sahabatnya, sudah sering mengingatkan Andi, tetapi Andi tidak pernah mendengarkan. Suatu hari, kebohongan Andi terbongkar, dan dia kehilangan kepercayaan orang-orang yang paling ia cintai.

Adegan 1


(Di sebuah kafe, Andi dan Beni sedang duduk sambil minum kopi.)


Beni: Andi, kamu benar-benar yakin mau bohong lagi ke Citra? Ini sudah kesekian kalinya, lho.


Andi: (dengan santai) Ah, tenang saja, Ben. Ini cuma kebohongan kecil. Lagipula, Citra nggak akan tahu.


Beni: Tapi, Andi, kamu harus sadar kalau semua kebohongan itu bisa balik ke kamu. Suatu saat, Citra pasti tahu juga.


Andi: (menghela napas) Kamu ini terlalu khawatir. Aku bisa atur semuanya. Nggak ada yang perlu dikhawatirkan.


Beni: (melihat Andi dengan serius) Aku cuma nggak mau lihat kamu kehilangan segalanya karena kebohonganmu.


Andi: (tersenyum tipis) Tenang, Ben. Aku tahu apa yang aku lakukan.


Adegan 2


(Di rumah Citra, Citra sedang menyiapkan makan malam saat Andi datang.)


Citra: Hai, sayang! Bagaimana harimu?


Andi: (dengan senyum manis) Baik, sayang. Oh iya, aku tadi dapat telepon dari kantor, katanya aku dapat promosi!


Citra: (terkejut dan senang) Wah, selamat ya! Aku bangga banget sama kamu!


Andi: (merasa sedikit bersalah, tapi tetap tersenyum) Makasih, sayang. Kamu memang yang terbaik.


Citra: (memeluk Andi) Aku selalu percaya sama kamu, Andi.


Andi: (merasa semakin bersalah) Iya, aku juga selalu berusaha yang terbaik buat kita.


Adegan 3


(Di rumah Beni, Beni dan Dewi sedang berbicara.)


Dewi: Kak, aku dengar Andi dapat promosi ya? Kok cepat banget, ya?


Beni: (menghela napas) Iya, aku juga dengar itu. Tapi, aku ragu. Soalnya, Andi sering banget bohong akhir-akhir ini.


Dewi: Serius, Kak? Aku kira dia serius dengan Citra. Kalau Citra tahu, dia pasti kecewa banget.


Beni: (mengangguk) Itulah yang aku khawatirkan. Aku udah sering ingetin Andi, tapi dia nggak pernah dengerin.


Dewi: (berpikir sejenak) Mungkin kita harus kasih tahu Citra.


Beni: (ragu) Tapi, kalau kita kasih tahu, Andi pasti marah. Aku nggak mau persahabatan kita hancur.


Dewi: Tapi, Kak, kalau kita diam saja, kebohongan Andi bisa semakin parah dan Citra yang jadi korban.


Beni: (mengangguk pelan) Iya, kamu benar. Mungkin ini saatnya Andi sadar.


Adegan 4


(Di rumah Citra, Citra, Andi, Beni, dan Dewi sedang duduk bersama. Suasana tegang.)


Beni: Andi, aku rasa kita perlu bicara serius.


Andi: (terlihat gelisah) Tentang apa, Ben?


Beni: Tentang semua kebohonganmu. Aku tahu kamu belum dapat promosi itu. Aku bahkan tahu kamu sempat bohong ke Citra tentang pertemuan-pertemuanmu.


Citra: (terkejut) Apa maksudnya ini, Andi? Kamu bohong ke aku?


Andi: (panik) Sayang, aku bisa jelasin! Aku cuma nggak mau kamu kecewa. Aku janji, aku akan dapatkan promosi itu sebentar lagi.


Dewi: Andi, kamu nggak bisa terus-terusan hidup dalam kebohongan. Kamu harus jujur.


Citra: (terlihat terluka) Aku selalu percaya sama kamu, Andi. Tapi sekarang... bagaimana aku bisa percaya lagi?


Andi: (terdiam, merasa bersalah) Citra, maafkan aku. Aku nggak pernah berniat nyakitin kamu. Aku cuma takut kehilangan kamu.


Citra: (menggelengkan kepala, air mata mulai mengalir) Kepercayaan itu yang paling penting buat aku. Dan kamu sudah menghancurkannya.


Beni: Andi, kita semua tahu kamu bisa lebih baik dari ini. Tapi kamu harus mulai jujur, mulai sekarang.


Andi: (menghela napas dalam-dalam) Aku tahu aku salah. Aku janji akan berubah, Citra. Tolong beri aku kesempatan.


Citra: (berpikir sejenak, lalu berdiri) Aku butuh waktu untuk berpikir, Andi. Aku nggak tahu apakah aku bisa memaafkan kebohongan ini.


Andi: (terlihat putus asa) Citra, aku mohon...


Citra: (berjalan pergi) Aku akan hubungi kamu nanti, Andi.


(Citra meninggalkan ruangan, meninggalkan Andi yang terdiam dan merasa menyesal. Beni dan Dewi saling pandang, merasa lega namun juga prihatin.)


Adegan 5


(Beberapa minggu kemudian, di taman tempat Andi dan Citra biasa bertemu. Andi duduk sendiri, terlihat merenung.)


Citra: (muncul dari arah belakang) Andi...


Andi: (berbalik, terlihat harap-harap cemas) Citra... Aku...


Citra: (memotong) Aku sudah memikirkan semuanya. Aku nggak akan bilang kalau aku nggak kecewa, tapi aku juga tahu kalau kamu menyesal.


Andi: (berdiri) Aku benar-benar menyesal, Citra. Aku akan lakukan apa saja untuk menebus kesalahanku.


Citra: (menghela napas) Aku akan beri kamu kesempatan, Andi. Tapi ini yang terakhir. Kalau kamu bohong lagi, aku nggak bisa terus sama kamu.


Andi: (mengangguk) Aku janji, nggak akan ada lagi kebohongan. Aku akan jujur sepenuhnya, mulai sekarang.


Citra: (tersenyum sedikit) Baiklah, kita mulai dari awal. Tapi ingat, kepercayaan itu mudah hilang tapi sulit untuk kembali.


Andi: (mengangguk) Aku tahu. Terima kasih, Citra. Aku nggak akan sia-siakan kesempatan ini.


(Mereka berdua saling tersenyum dan mulai berjalan bersama, dengan hati yang masih terluka tapi siap untuk memulai kembali.)


Tamat.


Drama ini menggambarkan bagaimana kebohongan, meskipun terlihat kecil, bisa merusak kepercayaan dan hubungan. Pada akhirnya, kejujuran adalah fondasi penting dalam setiap hubungan, dan kebohongan hanya akan menghancurkannya.

Comments

Popular posts from this blog

Best Friend

Dari Benci Jadi Cinta

Sompral