Pilihan Anak

 By Azwa Nuraffani

 

Ari sudah memasuki kelas 3 SMA dan sebentar lagi akan melanjutkan kuliah. Suatu sore, Ari berbincang-bincang dengan ayah, ibu, dan neneknya di ruang tamu. Mereka menanyakan keputusan Ari untuk memilih jurusan kuliah. Baik sang ayah dan ibu Ari ternyata memiliki pilihan jurusan masing-masing dan tak mau memperhatikan keinginan Ari pribadi.

Ayah: “Jadi, sudah kamu pikirkan masak-masak kamu mau melanjutkan kuliah di jurusan apa?”

Ari: “Sudah, Yah.”

Ibu: “Jadi, kamu mau kuliah jurusan apa, Nak?” (datang ke ruang tamu sambil menghidangkan teh untuk ayah dan nenek Ari).

Ari: “Ari inginnya kuliah jurusan seni.”

Ayah: “Apa? Kamu ingin kuliah seni? Mau jadi apa nanti kamu setelah lulus kuliah?”

Ibu: “Iya, kamu mau kerja apa setelah lulus nanti? Kuliah itu jangan cuma cari senangnya saja. Perhatikan juga masa depan kamu nantinya.”

Nenek: “Kenapa kok Ari ingin kuliah jurusan seni?”

Ari: “Ari ingin mengembangkan bakat Ari jadi pelukis, Nek.”

Ibu: “Itu kan bisa kamu lakukan tanpa harus kuliah. Kamu bisa sering melukis sambil kuliah jurusan yang lain” (menampakan wajah kesal).

Ayah: “Benar kata ibu kamu. Dengarkan itu Ari! Ayah tak mau membiayai kuliah kamu jika kamu memilih jurusan seni. Ayah maunya kamu kuliah jurusan ekonomi.”

Ari: “Tapi, Yah?…”

Ibu: (memotong kata-kata Ari) “Sudah, Ibu juga maunya kamu nanti setelah kuliah bisa bekerja di kantor. Lihat sekarang ini, mana ada pelukis yang hidupnya sejahtera?”

Nenek: “Ayah dan Ibu kamu memang ada benarnya Ari. Pikirkan lagi masak-masak. Jangan sampai kamu menyesal. Soal bakat, kamu bisa mengasahnya di luar jurusan kuliah.”

Ayah: “Nah, itu dia. Nanti kan kamu bisa ikut kegiatan kampus yang bertema seni.”

Ari: “Baik ayah, akan Ari pikirkan lagi nanti” (menunduk lesu sambil merenung

Comments

Popular posts from this blog

Best Friend

Dari Benci Jadi Cinta

Sompral