Pilihan Anak
By Nayla Destiani Arwandi
Aluna sudah memasuki kelas 3 SMA dan sebentar lagi akan melanjutkan kuliah. Suatu sore, Aluna berbincang-bincang dengan ayah, ibu, dan kakaknya di ruang keluarga. Mereka menanyakan keputusan Aluna untuk memilih jurusan kuliah. Ternyata sang ayah memiliki pilihan jurusan sendiri dan tak mau memperhatikan keinginan pribadi Aluna.
Ayah: “Jadi, sudah kamu pikirkan matang-matang kamu mau melanjutkan kuliah di jurusan apa?”
Aluna: “Sudah, Yah.”
Ayah: “Jadi, kamu mau ambil kuliah jurusan apa?”
Aluna: “Luna pengennya kuliah jurusan sastra inggris”
Ayah: “Apa? Kamu pengen kuliah sastra? Mau jadi apa nanti kamu setelah lulus kuliah? Kuliah itu jangan cuma cari senangnya saja. Perhatikan juga masa depan kamu nantinya.”
Kakak: “Lun, kenapa mau jurusan sastra?”
Aluna: “Aku pengen ngembangin kemampuan bahasa inggris ku aja."
Ibu: “Itu kan bisa kamu lakuin tanpa harus kuliah. Kamu bisa ikut kursus bahasa Inggris, kalo kamu mau.”
Ayah: “Benar kata ibu mu. Ayah gak mau membiayai kuliah kamu kalau kamu memilih jurusan sastra. Ayah maunya kamu kuliah jurusan ekonomi.”
Aluna: “Tapi, Yah?…”
Ibu: (memotong kata-kata Aluna) “Sudah, Ibu juga maunya kamu nanti setelah kuliah bisa bekerja di kantor. Lihat sekarang, mana ada sastrawan yang hidupnya sejahtera?
Kakak: “Udahlah Lun, Ayah dan Ibu memang ada benarnya. Pikirin lagi matang-matang. Jangan sampai kamu menyesal. Liat Kakak sekarang gak akan bisa jadi kaya sekarang kalo ga nurutin perkataan Ayah dan Ibu waktu itu."
Ayah: “Nah, dengar tuh kata kakak kamu.”
Aluna: “Baik ayah, akan Luna pikirkan lagi nanti” (menunduk lesu sambil merenung)
Comments
Post a Comment